REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI–Produksi padi di Kabupaten Sukabumi hingga Oktober 2021 telah mencapai 97.07 persen dari yang ditargetkan. Diperkirakan hingga akhir tahun nanti produksi padi bisa mencapai target bahkan mengalami surplus.
” Produksi padi yang ditargetkan tahun 2021 ini yakni 814.120 ton gabah kering giling (GKG),” ujar Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Denis Eriska kepada wartawan, Kamis (18/11). Di mana ralisasi sampai dengan Oktober 2021 telah mencapai sebanyak 790.298 ton GKG atau 97.07 persen dari target yang ditetapkan.
Menurut Denis, Insya Allah tahun ini target produksi padi tercapai dan bahkan bisa surplus. Hal ini karena hingga Oktober sudah tercapai 97.07 persen. ” Masih ada dua bulan lagi November dan Desember 2021 untuk mengejar kekurangannya,” kata Denis. Pada bulan tersebut masih ada lahan pertanian yang bisa panen dan menambah produksi padi di Sukabumi.
Denis mengatakan, kondisi bencana yang marak akhir-akhir ini akibat tingginya intensitas hujan belum berpengaruh pada pencapaian target produksi padi. Sehingga pemkab masih optimistis pencapaian target produksi padi tahun ini bisa terpenuhi.
Lebih lanjut Denis mengungkapkan, memang ada wilayah pertanian terdampak bencana seperti banjir sejak September 2021. Misalnya peristiwa banjir bandang Sungai Cibojong, Kecamatan Cidahu pada 21 September 2021 lalu yang berdampak pada lahan sawah rusak seluas 11 hektare.
Ia berharap ke depan kondisi cuaca mendukung upaya produksi padi. Sehingga petani bisa meraih hasil maksimal dari usaha bercocok tanamnya.
Optimisme serupa juga disampaikan daerah tetangga Kota Sukabumi.” Kami yakin bisa mencapai target karena lahan pertanian kami terbatas tidak seluas Kabupaten Sukabumi,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi Andri Setiawan.
Di mana lahan pertanian di kota terbatas, namun pemkot berharap bisa dimaksimalkan untuk ketahanan pangan masyarakat. Dari data Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sukabumi menyebutkan lahan pertanian di kota mencapai seluas 1.480 hektare. Sementara lahan pangan pertanian berkelanjutan (LP2B) hanya seluas 321 hektare.